Untuk
mempermudah dalam membahas perkembangan moral, prlu untuk dimengerti arti
istilah tersebut.
Perilaku
moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok sosial. “Moral”berasal dari kata latin yang berarti tatacara,
kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral-
peraturan perilakuyang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan
yang menentukan popla perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
Perilaku
tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan
harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan
harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standart sosial atau kurang
adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
Perilaku
amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidak
acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap
standart kelompok. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral
dari pad takbermoral.
Pada
saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai.
Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang
anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak
harus diajarkan standart kelompok tentang yang bernar dan yang salah.
Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat
pokok utama:
- Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
- Mengembangkan hati nurani.
- Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.
- Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.
Pola
Perkembangan Moral
Menurut
Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap
realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas
otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)
Dalam
tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah
atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral
anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung
menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting
menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan
hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap
kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat
mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu.
Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat
mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
Tahap-Tahap
Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Tahap
tahap perkembangan moral terdiri dari 3 tingkat, yang masing masing tingkat
terdapat 2 tahap, yaitu :
1. Tingkat
pra konvensional ( moralitas pra konvensional).
Tahap
1 : orientasi pada kepatuhan dan hukuman -> anak melakukan sesuatu agar
memperoleh hadiah dan tidak mendapatkan hukuman
Tahap
2 : relativistik hedonism -> anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan
yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relative dan
lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. enurut mussen,dkk. Orientasi moral
anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit
2. Tingkat
konvensional ( moralitas konvensional ) : tingkat konvensional berfokus padakebutuhan
sosial ( konformitas ).7 Strategi Membangun Moralitas Anak Secara
Efektif
Tahap
3 : Orientasi mengenai anak yang baik -> anak memperlihatkan perbuatan yang
dapat dinilai oleh orang lain
Tahap
4 : mempertahankan norma norma sosial dan otoritas -> menyadari kewajiban
untuk melaksankan norma norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan
norma, artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial harus
menerima peraturan yang lebih disepakati bersama dan melaksanakannya.
3. Tingkat
post konvensional ( moralitas post konvensional) : individu mendasarkan
penilaian moral pad aprinsip yang benar secara intern.
Tahap
5 : Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya ->
Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan dengan
linkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai
dengan tuntutan norma sosial, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan
dari masyarakat.
Tahap
6 : Prinsip universal -> pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi
yang bersifat subjektif. Artinya dalam hubungan antara seseorang dengan
masyarakat ada unsur unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu
baik atau tidak baik moral atau tidak. Disini dibuthkan unsur etik / norma etik
yang sifatnya universal sebagai sumber untuk menentukan suatu perilaku yang
berhubungan dengan moralitas.
Tahapan
Perkembangan Perilaku
Tahap
I (0 – 10 tahun)
Perilaku
lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan,
penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap
II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku
kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog,
pembimbingan, dan pelibatan
Tahap
III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya
adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah
(SWT)
Salah
satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah
bawwa remaja sudah sangat merasakan
pentingnya tata nilai dan mengembangkan
nilai nilai baru yang sangat diperlukan
sebagai pedoman,pegangan,atau petunjuk dalam mencari jalanya sendiri untuk
menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin
matang(sarwon0,1989).
Karakteristik
yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan
tingkat perkembangan koknisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasiaonal
formal, yaitu mulai mampu berfikir abstrak
1.
Mulai
mampu berfikir abstrak
2.
Mampu
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis
3.
Pemikiran
remaja terhdap suatu permasalahantidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat,
dan situasi tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup
mereka(gunarsa, 1988).
Perkembangan
pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban
mempertahan kan kekuwasaan dan pranata yang ada karean dianggapnya sebagai sesuatu
yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawab kanya secara
pribadi(monks, 1989).
Perubahan
sikap yang cukup menyolok dan di tempatkan sebagai salah satu karakter remaja
adalah sikap menentang nilai-nilai dasar hidup orang tua dan orang dewasa
lainya(gunarsa,1988). Apa lagi kalau orang tua atau orang dewasa berusaha
memaksakan nilai-nilai yang dianutnya dallam remaja. Sikap menentang pranata
adat kebiasaan yang ditunjukan oleh para remaja merupakan gejala wajar yang
terjadi sebagai unjuk kemampuan berfikir kritis terhadap segala sesuatu yang
dihadapi dalam realitas. Gejala sikap menentang pada remaja hanya bersikap
sementara dan akan berubah serta berkembang kearah moralitas yang lebih matang
dan mandiri
1.
Moral bersal dari kata mores yang artinya tatacara
dalam kehidupan,adat istiadat,kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan
rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus di patuhi
2.
John
dewey yang kemudian di jabarkan oleh jean piaget mengemukakan tiga tahap
perkembangan moral (a) tahap moral, (b) tahap konvensional, dan (c) tahap
otonom.
3.
Lawrence
e. Kohlberg mengemukakan tingkatan dan tahap-tahap perkembangan moral, yaitu
sebagai berikut.
a.
Tingkatan
prakonvensional, memiliki dua tahap, yaitu
Tahap
1: orientasi hukuman dan kepatuhan, dan
Tahap
2: orientasi realtivis-instrumental .
b.
Tingkat
konvensional memiliki dua tahap, yaitu
Tahap3
: orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi “Anak Manis”
Tahap4:
orientasi hukum dan ketertiban
c.
Tingkat
pascakonvensional, memiliki dua tahap yaitu
Tahap5:
orientasi kontrak sosial legalistis, dan
Tahap6:
orientasi prinsip etika universal.
4.
Sikap
adalah predisposisi atau kecenderungan ynag relatif stabil dan berlangsung
teru-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu
terhadap orang lain,obyek,lembaga,atau persoalan tertentu.
5.
Sejalan
dengan tahapan perkembangan yang di capai, remaja menunjukan karakteristik
individual perkembangan nilai, moral dan sikap yang khas, yakni berusaha
menemukan sendiri atu bahkan ymembentuk sendiri nilai, moral, dan sikap di
kalangan mereka
TABEL Teori Dua tahap Perkembangan Moral Versi Piaget
Usia
|
Tahap
|
Ciri Khas
|
4-5 tahun
7-10 tahun
11 tahun keatas
|
Realisme moral (pra-operasional)
Masa transisi ( konkret operasional)
Otonomi moral, realisme, dan resiprositas
(formal-operasional)
|
|
Tingkat
|
Tahap
|
Konsep Moral
|
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
|
Moralitas pra konveksional (usia 4-10 )
Tahap1; memperhatikan ketaatan dan hukum
\Tahap2; memperhatikan pemuasan hebutuhan
Moralitas
konvensional (usia- 10-13 tahun) tahap3: memperhatikan citra “ anak baik”
Tahap4:
memperhatikan hukum dan peraturan
Moralitas
pascakonvensional (usia 13 tahun keatas)
Tahap 5:
memperhatikan hak perseorangan
Tahap 6:
memperhatikan prinsip-prinsip etika
|
1. Anak menentukan keburukan perilaku
berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan tersebut
2. Perilaku baik dihubungkan dengan
penghindaran dari hukuman
1. Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan
keinginan dan kebutuhan tanmempertimbaangkan kebutuhan orang lain
1. Anak dan remaja berperilaku sesuai dengan
aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan
untuk menghindari hukuman .
2. Perbuatan baik dan buruk dinilai
berdasarkan tujuannya. Jadi, ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya
aturan
1. Anak dan remaja memiliki sikap pasti
terhadap wewenang dan aturan
2. Hukum harus diataati oleh semua orang
1. Remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik
dengan hak pribadi sesuai dengan atruran dan patokan sosial
2. Perubahan hukum dan aturan dan dapat
diterima jika diperlukan untuk mencapai hal-hal yang ;paling baik
3. Pelanggaran hukum dan aturan dapat
terjadi kaarena alaasan-alasan tertentu
Contoh: seorang suami yang yak beruang
boleh jadi akan mencuri obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya dengan
keyakinan bahwa melestarikan kehiduapan manusia itu merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi
dari pada mencuri itu sendiri,
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad, Psikologi Remajaperkembanngan Peserta didik.
Jakarta, 2010
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung, 2006
Nata Abudin, Manajemen Pendidikan. Jakarta, 2007
Salam Ukhuwwah Islamiyyah...
Pengurus Ya Ihtisab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.